Kamis, 08 Desember 2011

Makna Tumpek Landep

Saniscara Kliwon Wuku Landep, seperti biasa umat Hindu merayakan Tumpek Landep. Dalam konteks ritual, umumnya umat Hindu memohon ke hadapan Hyang Widi Wasa agar tiap peralatan teknologi dapat berfungsi tepat guna, memudahkan umat dalam beraktivitas.

Di balik itu, apa sesungguhnya makna Tumpek Landep? Plt. Rektor Institut Hindu Dharma (IHD) Negeri Denpasar Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag. mengatakan perayaan Tumpek Landep pada hakikatnya memohon kepada Tuhan agar umat diberikan ketajaman senjata kehidupan. ''Landep itu mengandung makna runcing atau tajam. Jadi yang ditajamkan adalah senjata kehidupan kita. Tumpek Landep dipakai momen untuk menajamkan senjata kehidupan,'' ujar Rudia Adiputra.

Senjata kehidupan itu, kata Rudia, tak lain adalah pikiran. Agar pikiran cerdas, perlu ditajamkan melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui pikiran yang tajamlah umat diharapkan mampu menghadapi berbagai musuh dalam diri. Musuh itu yakni persoalan-persoalan kehidupan, antara lain kemiskinan, kebodohan, kegelapan dan sebagainya. ''Berbagai musuh itulah yang mesti kita lawan dengan tajamnya pikiran dan hati nurani,'' ujarnya.

Kata Rudia, menajamkan pikiran itu melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui perayaan Hari Saraswati-lah umat Hindu bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa karena telah diturunkannya ilmu pengetahuan. Sementara, dalam Tumpek Landep umat ''mengevaluasi'' apakah tajamnya pikiran lewat penguasaan ilmu pengetahuan sudah mampu digunakan dengan baik.

Kata Rudia, salah besar jika ada anggapan bahwa Tumpek Landep dimaknai otonan kendaraan. Pada Tumpek Landep umat sejatinya memohon keselamatan agar senjata kehidupannya bisa bermanfaat demi kesejahteraan umat manusia. Pun kendaraan, senjata dan alat-alat teknologi tercipta dari olah pikir manusia. Dalam ritual Tumpek Landep, alat-alat itu diharapkan dapat berfungsi untuk memudahkan aktivitas manusia sekaligus bermakna bagi kehidupan bersama.

Makna bagi Seniman

Tumpek Landep pun memiliki makna tersendiri bagi para seniman. Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Negeri Denpasar Prof. Dr. Wayan Rai S, M.A. mengatakan Tumpek Landep sebagai momen penting untuk mempertajam kemampuan seni bagi seorang seniman.

Perayaan Tumpek Landep itu hendaknya dijadikan tonggak untuk memantapkan diri dalam berkesenian yakni menajamkan penciptaan, teknik garapan dan sebagainya. Untuk bisa membuat garapan yang betul-betul metaksu, perlu ada upaya dari dalam maupun luar diri seniman.

Kata Rai, Tumpek Landep erat sekali hubungannya dengan taksu. Secara umum, para seniman sudah melakukan pemujaan saat memulai berkesenian. Tetapi dalam perayaan Tumpek Landep, para seniman lebih memantapkan diri melakukan penajaman melalui persembahyangan agar metaksu. Dengan mengosongkan pikiran untuk memuja Tuhan, diharapkan muncul inspirasi dan spirit baru.

Sebagai bentuk ritual memuja Dewa Kesenian dalam Tumpek Landep, para seniman biasanya mengupacarai atribut tari seperti gelungan, keris, tombak dan lain-lain. ''Dengan melangsungkan ritual seperti itu para seniman berharap agar selalu diberikan ketajaman dalam berkesenian,'' katanya.

Penajaman itu tak hanya lewat keterampilan atau latihan, tetapi juga spiritual. Sehingga para seniman mampu tampil tajam atau metaksu. ''Untuk bisa metaksu, seorang seniman harus meraihnya melalui kedua aspek yakni fisik maupun mental,'' katanya.

Aspek fisik melalui latihan-latihan menabuh dan menari. Aspek mental melalui pendalaman-pendalaman keilmuan dan kaitannya dengan keyakinan terhadap Ida Sang Hyang Widi, sehingga mampu tajam atau metaksu dalam penampilan.

Memedi Sebagai Kepercayaan Masyarakat Jawa

Mistik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi keempat dijelaskan sebagai hal gaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia yang biasa. Sedangkan kata mistis mempunyai arti yang bersifat mistis (kata sifat). Cerita-cerita mistis seringkali dirangkum/berkenaan/terdapat dalam cerita mitos yang dituturkan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi. Di zaman modern setelah ditemukannya mesin cetak, cerita mitos kemudian dirangkum dalam bentuk tulisan sehingga membuat suatu mitos dikenal lebih luas bukan hanya di tempat asal kelahiran mitos tertentu.

Menurut seorang peneliti mitologi dari Perancis, Roland Barthes (1972), dalam bukunya yang berjudul Mithologies, mendefinisikan mitos sebagai “myth is associated with classical fables about spirits, gods, and heroes.” artinya adalah bahwa mitos merupakan cerita klasik yang berisi tentang roh, Tuhan/Dewa, dan pahlawan.

Mitos lahir dari kebudayaan tertentu yang diciptakan untuk beberapa tujuan, diantaranya:

  1. Untuk menjelaskan alam, sosial, budaya dan fakta-fakta alam melalui cerita-cerita yang telah terjadi di masa lalu.
  2. Mereka mencoba untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang, seperti; dari mana dunia berasal (kosmogoni)? Siapa atau apa penyebabnya (theogoni)? Apa tujuan hidup? Mengapa makhluk hidup mati? dsb.
  3. Kadang-kadang mitos juga mencoba untuk menjelaskan penyebab kebiasaan dan praktek-praktek tertentu atau bagaimana nama tertentu atau kejadian tertentu terjadi, dsb.
  4. Fungsi lain mitos adalah untuk membenarkan dan mengesahkan praktik ritual dan pemujaan atau perayaan.
  5. Mitos juga memainkan peran yang berwibawa dengan menawarkan ajaran-ajaran tentang asal-usul dunia, akhir dunia dan lain-lain.
  6. Di masyarakat tradisional, mitos memiliki nilai pendidikan, itu digunakan untuk memperkenalkan atau penekanan pada nilai moral tertentu.

Di masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, terdapat berbagai macam mitos yang di dalamnya terdapat hal-hal mistis yang bersifat unik. Dalam pembahasan kali ini, akan dikemukakan beberapa hal yang berkenaan dengan mitos roh-roh alam (dalam bahasa Jawa disebut ‘memedi’) yang ada dalam kepercayaan masyarakat Jawa, yaitu diantaranya sebagai berikut:

Anja-Anja

Anja-anja adalah memedi (hantu) darah yang berupa manusia, yang akan menghisap manusia yang sedang tidur sehingga menimbulkan sakit yang sangat dan menyebabkan bercak-bercak biru di kulit. Ketika ada orang yang meninggal dengan bercak-bercak biru ini, maka orang-orang Jawa akan mengatakan “dilat Anja-anja” atau dijilat Anja-Anja.

Antu Alas

Antu adalah memedi (hantu) hutan. Hantu ini hanya menampakan diri di malam hari kepada orang-orang yang sedang berdiam di hutan atau yang sedang melewati hutan. Antu Alas berwujud awan atau kabut tebal yang secara perlahan berubah menjadi bentuk orang atau bentuk lainnya yang mengerikan. Selain berwujud mengerikan, suara yang berat dan tawa yang mengerikan menjadi ciri khas memedi ini. Karena wujud dan suaranya yang menakutkan membuat orang yang melihatnya menjadi sakit.

Antu Darat

Antu darat biasanya tinggal di kaki pohon tua. Pada malam hari, dia meninggalkan tempatnya dalam pakaian seorang haji. Dengan cara ini, Antu Darat membuat orang-orang yang dijumpainya terkejut dan menjadi sakit keras atau pun menjadi linglung untuk waktu yang tidak ditentukan.

Antu Laut

Antu laut ditakuti oleh para pelaut karena selalu mendatangkan cuaca buruk atau musibah. Memedi ini menampakkan diri dalam bentuk bola api atau bintang yang menyala yang jatuh di ujung tiang kapal. Bila Antu Laut dating, maka dipercaya akan diiringi oleh cuaca buruk seperti badai, dll.

Antu Omah

Antu Omah dikenal sebagai memedi rumah yang mendiami api tungku pemanas di rumah. Memedi ini akan keluar berbentuk asap yang kemudian menyerupai sosok manusia. Orang yang melihat memedi ini akan ketakutan dan menderita perut kembung.

Banaspati

Merupakan sosok yang menakutkan dengan wujud raksasa. Tangan dan kaki mengarah ke udara dengan posisi kepala berada di bawah serta mulutnya yang bergoyang. Dengan lompatan yang dahsyat, Banaspati menerkam mangsanya yang kemudian dihisap darahnya. Orang yang bertemu dengan memedi ini akan sakit bahkan sampai dengan mati.

Bajag Angrik

Merupakan memedi kecil di hutan dalam wujud anak-anak yang berdatangan. Apabila melihat orang, memedi ini akan menakut-nakuti dengan sikap mengancam.

Bermana dan Bermani

Merupakan memedi dari pasangan laki-laki dan peempuan yang telah meninggal dunia. Sifatnya menggoda pasangan yang telah menikah.

Blorong

Blorong dalam kepercayaan orang Jawa sering dipanggil ‘Nyai Blorong’. Sebagai Nyai, Blorong digambarkan sebagai perempuan yang cantik setengah ular dengan busana yang mewah dan menawan.

Nyai Blorong mendiami istana-istana di daerah berawa yang dibangun dari tubuh korban-korbannya. Biasanya di tempat tersebut banyak ditemui kembang teratai untuk menyembunyikan tubuh-tubuh yang menjadi korbannya.

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Nyai Blorong akan memberikan segala kekayaan yang idamkan oleh manusia dengan syarat harus menjadi pekerjanya setelah perjanjian habis. Perjanjiannya tersebut konon selama 14 tahun dan setiap tahun sebagai penggantinya harus memberikan seorang anak kecil atau sanak keluarga. Setelah masa perjanjian habis, maka yang menerima harta akan merasakan kesengsaraan dan kesakitan yang sebenarnya.

Bontot

Bergentayangan di jalan-jalan sunyi, tidur melintang di jalan ketika ada orang lewat, dengan cara ini maka seorang pejalan kaki akan tersandung lalu kemudian terkejut hingga tak sadarkan diri.

Cinunuk

Cinunuk merupakan memedi berbentuk binatang besar dan jahat. Mereka berasal dari hutan. Mereka berkeliaran dan merusak pepohonan dan tanaman. Dengan cara ini maka mereka mempersulit orang-orang yang sedang mencari kayu atau tumbuhan di hutan. Bagi manusia, memedi ini menakutkan. Dengan memberikan sesajen, manusia mencoba berinteraksi agar tidak mendapat gangguan.

Dadung Dawus

Mereka adalah pelindung hewan jenis rusa. Cara mereka adalah dengan menampakkan diri dalam bentuk rusa dan menggiring pemburu ke arah yang menjauh dari kelompok rusa yang sebenarnya.

Den Bisu

Den Bisu atau setan bisu menurut masyarakat Jawa merupakan penjelmaan dari penyakit kolera. Berjumpa dengan Den Bisu sangatlah berbahaya. Orang yang sampai berjumpa dengan Den Bisu akan menderita sakit perut yang parah.

Dhengen

Dhengen merupakan memedi penggoda dalam bentuk uap yang keluar dari tanah lalu masuk ke dalam tubuh manusia dan meninggalkan di dalam tubuh yang dirasuki benih-benih penyakit yang menyebabkan bengkaknya anggota badan, perut dan lainnya orang yang terkena penyakit beri-beri dan busung air.

Dinkel

Dinkel adalah memedi pengganggu binatang ternak, terutama ayam. Ayam yang sakit dan dalam sekejap mati, diduga diganggu oleh memedi ini.

Drubiksa

Drubiksa adalah memedi rumah. Drubiksa merupakan memedi yang kadang baik kadang jahat. Baik karena melindungi penghuni dari bahaya, sedangkan jahat karena sering usil dengan menaburkan pasir ke makanan, membuang/menjatuhkan alat-alat dapur.

Gebluk

Gebluk disebut juga sebagai Sambang Gebluk, yang merupakan memedi bagi binatang berkaki empat seperti kerbau dan sapi. Gebluk akan menampakkan diri sebagai uap putih yang transparan dari tempat-tempat lembab. Gebluk diyakini sebagai pembawa penyakit bagi binatang ternak bertanduk.

Genderuwo

Genderuwo merupakan memedi hutan atau kebun yang dapat menampakkan diri dalam berbagai bentuk, baik siang maupun malam hari. Pada siang hari, sering terlihat dalam bentuk seekor macan atau ular yang besar atau seekor buaya, burung pemangsa atau binatang pemangsa lainnya yang ditakuti oleh manusia. Pada malam hari, Genderuwo berubah bentuk menjadi seorang pemuda tampan dan mengganggu perempuan yang sedang berjalan sendirian di malam hari.

Hanga Igi

Hanga Igi merupakan memedi menakutkan dalam bentuk raksasa dengan rambut panjang terurai. Walaupun bentuknya mengerikan, memedi ini bersifat baik dengan melindungi orang dari bahaya yang mengancam.

Jerangkong

Jerangkong merupakan memedi yang berwujud anjing hitam yang kurus dengan bulu putih menutupi kepalanya. Memedi ini tidak terlalu membahayakan tapi mengganggu manusia.

Karo Kamilis

Karo Kamilis adalah pembantu para pencuri atau pelanggar hukum. Biasanya mereka berwujud kerbau, namun sering juga berwujud seorang suami tertentu untuk menipu sang istri.

Kanun

Kanun adalah memedi udara yang menakutkan, berbentuk raksasa yang tinggal di udara dan tiap hari memakan 40 memedi. Memedi ini termasuk memedi yang tidak mengganggu manusia.

Keblek

Keblek merupakan memedi kecil udara, berbentuk orang dengan tangan dan kaki kecil, namun dengan perut besar yang menggantung. Bila berada di udara, Keblek akan bergerak kesana kemari sambil mengeluarkan suara seolah-olah orang yang bertepuk tangan, oleh karena itu dinamakan Keblek.

Kemamang

Kemamang seperti Antu Laut, menampakkan diri sebagai bola api di rawa-rawa atau lapangan terbuka.

Kunthianak

Memedi yang berwujud sebagai wanita cantik dengan rambut yang terurai sampai tanah. Kunthianak dikenal dengan tawanya yang menakutkan. Secara umum, Kunthianak ditakuti oleh anak-anak dan ibu-ibu. Untuk melindungi dari kehadiran Kunthianak, seorang dukun bersalin membakar kemenyan untuk menempatkan pisau tajam di bawah kolong tempat tidur ibu yang sedang melahirkan. 

Laha

Laha merupakan memedi berkepala burung pemangsa dengan kaki yang berjumlah empat.

Lampor

Lampor merupakan memedi udara yang oleh orang Jawa digambarkan sebagai manusia bersayap, namun berkepala banteng. Lampor dating bersamaan dengan suara gluduk (halilintar) yang disertai cuaca buruk, berawan, dan banjir. Memedi ini biasa menumpuk awan-awan menjadi satu yang kemudian mencurahkan hujan besar yang mengakibatkan banjir.

Ketika Lampor datang, maka penduduk desa akan memukul beduk, kentongan, dan alat bunyi-bunyian lainnya untuk mengusirnya sehingga akhirnya Lampor pergi ke arah laut.

Majusi

Majusi berwujud sebagai sifat buruk manusia. Diam di dalam tubuh seseorang yang sedang dicobanya sehingga akibatnya bagi orang tersebut akan menjadi mudah marah dsb.

Potok

Potok merupakan memedi yang secara khusus membawa penyakit terhadap binatang seperti sapi dan kerbau. Memedi ini diam di tempat lembab atu juga rawa-rawa.

Sawan dan Sarap

Dua jenis memedi ini merupakan memedi penggoda anak-anak kecil dan orang dewasa yang lemah. Keduanya tidak tampak dan tidak memiliki wujud khusus. Sawan merupakan penyebab penyakit kejang atau sawan pada anak-anak, dan gejala jatuh pingsan pada orang-orang yang telah lanjut usia. Sarap menampakkan diri pada anak-anak sehingga muncul bercak-bercak merah tebal yang disertai dengan perut kejang-kejang. Keduanya berbahaya, sehingga pada waktu-waktu tertentu orang Jawa membakar kemenyan sebagai sesaji bagi mereka.

Setan Usus

Setan Usus menampakkan diri sebagai kelompok usus yang tidak teratur dan pada saat lain dia menampakkan diri sebagai raksasa yang terluka dimana usus-ususnya terurai keluar. Usus-usus ini dapat membelit binatang yang dijumpainya.

Si Baung

Si Baung merupakan memedi hutan yang besar dalam wujud orang berkepala anjing. Bila berjumpa dengan manusia, maka Si Baung akan menggonggong dan menyebabkan orang yang dijumpainya akan sakit.

Si Belis

Si Belis merupakan memedi yang berada di lapangan dan biasanya merasuk ke dalam tubuh seseorang setelah jam 6 sore (magrib) ketika seseorang tersebut melintasi lapangan. Orang Jawa percaya bahwa akibat perjumpaan dengan Si Belis akan mendadak merasa kesakitan disertai sakit kepala.

Si Gundul

Si Gundul disebut juga Setan Gundul (tuyul) yang biasanya berwujud seorang anak berumur sekitar empat atau lima tahun dengan kepala plontos dan bertelanjang dada. Memedi ini apabila diminta akan mendatangkan harta. Layaknya Nyai Blorong, Si Gundul pun dalam kata lain menjadi memedi yang dipuja oleh segelintir orang yang ingin mendapat harta dengan jalan pintas.

Si Sato

Memedi yang dipercaya mempunyai wujud sebagai binatang berkaki empat, dapat masuk ke dalam tubuh ternak, kuda, dan binatang yang dipelihara di rumah yang menyebabkan perut binatang yg dirasuki akan menjadi kembung.

Wewe

Menurut orang Jawa, Wewe merupakan istri dari Genderuwo. Wewe digambarkan sebagai perempuan yang tua dan menakutkan dengan kulit keriput dan muka yang buruk. Selain itu, yang menjadi cirri-ciri khas memedi ini adalah buah dadanya yang menggantung ahmpir menyentuh tanah. Memedi ini mengincar anak-anak yang kemudian disembunyikan di bawah buah dadanya untuk selanjutnya di bawa ke tempat yang tersembunyi dan dijadikan korban.

Seperti mitos-mitos yang ada di wilayah lainnya seperti: Eropa dan Amerika dengan mitos Drakula dan Zombie, Mesir dengan Mumi, Cina dengan Vampir, Inggris dengan Werewolf (manusia serigala), mitos tentang roh-roh alam yang ada di kalangan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur di atas kiranya dipahami bukan dari segi kengeriannya namun akan lebih bijak bila kita mencoba memahami latar belakang dari cerita-cerita mitos tersebut, apa pesan yang ingin disampaikan dari mitos-mitos tersebut?

Disadari atau tidak, proses memitoskan (mengeramatkan) sesuatu hal pasti memiliki tujuan tertentu yang apabila digali lebih jauh maka kemungkinan akan menemukan jawaban yang tidak seperti orang awan menginterpretasikan suatu mitos tertentu karena dalam sebuah cerita mitos nampaklah suatu sifat manusiawi yang umum; bagai mana manusia menyusun strategi dan mengatur hubungan dengan alam.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review