Mari kita simak kembali kisah raja Sri Gunaprya Dharmmapatni. Beliau putra tigaorang yaitu, Sri Dharmawangsa Wardahana Marakatapangkaja Stanotunggadewa SriAirlangga dab Sri Anak Wungsu. Tatkala akan melahirkan Sri Anak Wungsu SriGunaprya Dharmapatni terkena sakit keras. Oleh karena itu tidak sedikit dukun yangtermashur ke-sidhi-an dan ka-mandian-nya, didatangkan ke puri untuk mengobati. Namun sayang, tidak seorang dukun pun yang mampu menyembuhkan Sri GunapryaDharmaphatni. Oleh karena dalam keadaan sakit keras, dan rupanya sudah jadikehendak yang maha kuasa, pada saat sri gunaprya dharmapatni melahirkan, beliaumenemui ajalnya. Namun putranya lahir dengan selamat. Anak yang sudah baik tampak rupawan dan tampan itu diberi nama Sri Anak Wungsu yang berarti anak wungsu dari Sri Gunaprya Dharmmaphatni. Berita tentang wafatnya Sri GunapryaDharmapatni segera tersebar sampai kepelosok pedesaan, sehingga rakyat ikut bersedih hati serta menyampaikan bela sungkawa. Berita ini bukan saja tersebar dipulau bali, akan tetapi juga tersebar di pulau Jawa. Itulah sebabnya Mpu Bharadahdiutus oleh Raja Daha Sri Airlangga dating ke Bali, untuk menyatakan bela sungkawadan melayat jenazah ibunya, kemudian abu jenazahnya di candikan di Kutri, buruan(gianyar), diberi gelar Durga Mahisa Mardhini Asthabuja, sebab beliau dianggap jelmaan dewi Uma penganut faham siwa. Peristiwa ini terjadi pada candra Sangkala berbunyi Lawang Apit Lawang, yaitu tahun saka 929, dan putranya yaitu Sri Anak Wungsu berada dalam keadaan sehat walafiat.
Disamping itu ada juga penjelasan Mpu Kuturan yang mengatakan bahwa bilamana terjadi kekeruhan didunia, harus diadakan upacara atau Yajna bernamaTebasan. Upacara ini harus dipuja oleh sang bujangga. Hanya sang bujangga yang berwenang memuja pangklukatan tersebut bilamana terjadi kekeruhan di alamsemesta ini, termasuk yang berhubungan dengan pekarangan rumah, tegalan, persawahan dan lain-lainnya. Jika bukan sang bujangga yang memuja upacara pangklukatan tersebut pasti tidak akan berhasil, sebab hal itu merupakan tugas sang bujangga. Apabila sudah dilaksanakan seperti itu, barulah pulau Bali ini menjadiaman sentosa.
Desa Pakraman hasil ciptaan Mpu Kuturan, melahirkan tatanan kehidupanmasyarakat, suatu organisasi sebagai wadah kesatuan masyarakat Bali, yang berisituntunan tata karma, yakni suatu aturan hidup untuk menciptakan suasana kehidupanyang serasi ,selaras dan seimbang di dalam masyarakat.
Manusia di dalam kehiduannya membutuhkan suatu tempat tinggal. Tempattinggal sekelompok manusia ini disebut hunian . Hunian ini bukanlah merupkansesuatu yang hanya dipergunakan, melainkan mempunyai sebuah fungsi sebagai perekat rasa atau batin untuk memperkuat hubungan social. Hunian bukan sajamenampung manusia semasa hidupnya, tetapi juga pada saat meninggal dunia,termasuk yang sudah tidak terwujud yaitu arwah suci para leluhur, yang distanakan ditempat khusus yaitu sanggah atau pamerajan.
Oleh sebab itu antara sekala dengan niskala dapat dipadukan kelestariannya dalamkehidupan bermasyarakat ,sehingga masalah actual dan spiritual dapat diwujudkandan disenyawakan, seperti apa yg dikonsepkan dalam ajaran rwabineda.
Pada konsep tata ruang yang berbudaya dan berwawasan lingkungan positif, yangditerapkan oleh Mpu ke dalam masyarakat Bali, dapat memberikan warna dan corak kehidupan rakyat di daerah ini.Seperti misalnya mengenai konsep Triangga, Trimandala, Hulu-Teben, Asthabhumi, Asta Kosala, Astha Kosali, Bhamakerti,Janantaka dan lain sebagainya.
Prasasti Pucangan, Jawa yang bertahun caka 963(tahun 1041M) menyebutkan,sesudah berhasil merebut kembali kerajaan Daha dan menundukan Raja Wirawari, beliau lalu menggantikan kedudukan pamannya dari Prhdana. Selanjutnya beliaudinobatkan menjadi raja Daha, bergelar Sri Maharaja Rakai Hulu Sri LokeswaraDharma Wangsa Airlangga Anantha Wikrama Utunggadewa. Tatkala Kerajaan Dahadiserang oleh Narottama yang sangat setia sejak dari Bali, lalu melarikan diri dan bersembunyi di dalam Hutam Wanagiri.
0 komentar:
Posting Komentar