Kedatangan empat pandita yang juga disebut Sang Catur Sanak Bali membawaangin segar bagi daerah daerah ini. Sebab, empat rohaniawan iitu bukan saja ahlidalam bidang agama, namun juga menguasai berbagai hal yang berkaitan dengan pemerintah dan politik. Seorang diantaranya yang sangat menoonjol dalam berbagai bidang keahlian, yaitu Mpu Kuturan. Hal ini dapat dibuktikan dengan dipilih dandiangkatnya beliau dalam kedudukan sebagai senapati. Disamping itu, Mpu Kuturan juga dipilih dan diangkat selaku ketua majelis bernama Pakira-kiran Ijro Makabehan yang beranggottakan seluruh senapati dan para Pandita Dangacaryya dan Dangupadhyaya (Siwa dan Buddha).
Majelis ini adalah sebuah lembaga tinggi Negara dalam pemerintahan SriGunaprya Dharmmaphatni. Lembaga ini berfungsi dan berugas memberi nasihat dan pertimbangan kepada raja. Jadi, mungkin semacam Dewan Pertimbangan Agung(DPA) dalam pemerintahan RI. Selain itu, lembaga ini juga menggodok program kerajaan. Jadi semacam MPR menyusun GBHN.
Program kerajaan yakni melakukan pembinaan disegala bidang. Yang tak kalah penting mendapat penekanan yakni menciptakan keamanan dan ketertibanmasyarakat. Oleh karena itu, pihak kerajaan selalu menciptakan kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, social, budaya dan agama. Segala sesuatu yang hendak dijalankan oleh pemerintah, terlebih dahulu senantiasa dimusyawarahkan di dalamsiding majelis. Setelah diputuskan dalam sidang majelis, barulah keputusan itudilaksanakan oleh pemerintah kerajaan.
Mpu Kuturan, sebagaimana telah disinggung sepintas , tatkala di Jawa pernah bertahta sebagai raja berkedudukan di Girah. Dan mempunyai seorang putri bernamaDyah Ratna Manggali. Namun Mpu kuturan dan istrinya mengalami pertentangan,sehingga keluarga itu menjadi retak. Konflik itu terjadi karena istrinya menerapkanilmu hitam yaitu menjalankan teluh terangjana sedang Mpu kuturan menerapkanajaran ilmu putih yaitu kebijakan. Sebab itu istrinya tidak diajak ke Bali danditinggalkan bersama putrinya di Girah, Jawa. Nah karena menjanda, istri MpuKuturan ini dijuluki “walu" atau "rangda natheng girah" yang artinya janda raja Girah.Pengalaman Mpu Kuturan sebagai raja di Girah, diterapkan di Bali. Dari hasil penelitian yang dilakukan Mpu Kuturan sendiri, beliau memperoleh informasi, datadan fakta yang sangat bermanfaat untuk mengatasi kemelut Yang terjadi di dalammasyarakat, sebagai dampak perbedaan kepercayaan dan penganut agama yang berbeda. Beliau sudah menemukan kiat untuk mengatasi kemelut yang terdapat dudalam masysrakat. Namun beliau tidak segera melakukan tindakan, karena masihmenunggu waktu yang tepat.
Pada suatu hari yang dianggap baik, Mpu Kuturan, selaku ketua Majelis Pakira-kiran Ijro Makabehan, mengadakan persamuan agung dengan mengambil di tempat battanyar. Pada pesamuan agung itu diundang dan hadir tokoh dari masing-masing penganut kepercayaan dan pemeluk agama, yang dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
- Mpu Kuturan disamping selaku ketua Majelis Pakira kiran ijo makabehan dan pimpinan tersebut, juga sebagai wakil penganut agama Budha.
- Tokoh-tokoh atau pimpinan orang-orang Bali Aga, dari masing-masingkepercayaan dan pemeluk agama yang terdiri dari sad paksa agama, diijadikan satukelompok yang jumlahnya paling banyak.
- Tokoh-tokoh dan pimpinan Agama Siwa didatangkan dari Jawa meripakankelompok tersendiri.
- Di desa Serai, kecamatan Kintamani (bangle) yang bertahun saka 915
- Di Pura Abang Desa Batur, kecamatan Kintamani (bangli) yang bertahun saka 933
- Di desa Sambiran Kecamatan Tejakula (buleleng) yang bertahun saka 938
- Di desa batuan, kecamatan Sukawati (Gianyar) yang bertahun saka 944
- Di desa buahan, kecamatan kintamani (banglli) yang bertahun saka 947
- Di pura Kehen Bangli, tidak dapat dibaca tahunnya, karena sebagian sudah rusak.
- Di desa Ujung, Kecamatan Karangasem (karangasem) yang bertahun saka 962Sekian banyaknya prasasti itu sebagai salah satu fakta sejarah, yang mencatumkannama Mpu Kuturan sebagai senapati di Bali pada tahun-tahun tersebut. Prasasti- prasasti itu juga merupakan sabda raja-raja yang bertahta pada waktu itu di Bali,mengenai isi prasasti-prasasti sebagai berikut:
- Prasasti Desa Serai mencantumkan nama para senapati itu adalah :
- Kuturan Dyah Kuting
- Pinatin Dyah Mahogra
- Dalembunut Tuha Buncang
- Waranasi Tuha Pradhana
- Waranasi Tuha Gato
- Waniringin Tuha Tabu
0 komentar:
Posting Komentar